Sejarah Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Andalas memiliki rangkaian sejarah yang hampir tidak terpisahkan dengan RS. Dr. M. Djamil Padang. Pembangunan fisik Bagian Ilmu Penyakit Saraf sudah terwujud pada tahun 1968 di RS. Dr. M. Djamil dengan kapasitas sekitar 50 tempat tidur, namun pada saat itu belum bisa beroperasi karena belum ada ahli saraf, dan untuk sementara bangsal tersebut dimanfaatkan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Pada bulan April 1974 barulah diresmikan berdirinya Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK Unand/ RS. Dr. M. Djamil, setelah Dr. Nasrul Idris selesai mengikuti pendidikan spesialis penyakit saraf di FKUI. Beliau sekaligus menjabat sebagai Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf yang pertama.
Kegiatan harian pada waktu itu sebagian besar terfokus di poliklinik saraf, karena bangsal penyakit saraf yang sudah ada sebelumnya masih ditempati oleh Bagian Ilmu Kesehatan Anak (IKA). Sedangkan pasien rawat inap menjalani perawatan di dua bagian berbeda, yakni Bagian Penyakit dalam untuk kasus non trauma, dan Bagian Bedah untuk kasus trauma kepala. Sejak itu kepaniteraan klinik (Ko-schaap) untuk mahasiswa tingkat A.I dan A.II sudah dimulai, dan FK Unand tidak lagi mengirimkan mahasiswa untuk menjalani kepaniteraan klinik neurologi ke FKUI.
Pengembangan Bagian Ilmu Penyakit Saraf terus berlanjut, sampai akhirnya pada bulan April 1975 sudah mendapatkan ruang rawat inap berkapasitas 22 tempat tidur, yakni bekas ruangan yang digunakan sebelumnya oleh Bagian Penyakit Dalam sebagai poliklinik khusus. Pelayanan rawat inap dilakukan di bangsal dengan kapasitas 11 tempat tidur laki-laki dan 11 tempat tidur wanita, dan beberapa tempat tidur VIP di Pav. Embun Pagi. Pelayanan rawat jalan dilakukan di poliklinik yang dibuka setiap hari kerja, dan pada hari Jum`at disediakan pelayanan khusus untuk kasus epilepsi yang dilengkapi dengan alat elektroensefalografi (EEG). Pada tahun 1981 telah diselesaikan pembangunan ruang rawat inap baru dengan kapasitas 24 tempat tidur untuk kelas III, dan 10 tempat tidur untuk kelas II dan perawatan kelas I di Paviliun Embun Pagi.
Untuk melengkapi staf bagian, pada bulan April 1975 diterima satu seorang dokter asisten, yaitu Dr. Basjiruddin Ahmad, dimana sebelumnya beliau merupakan staf Bagian Mikrobiologi FK – Unand. Pada bulan Februari 1977 diterima lagi dua orang dokter asisten yaitu Dr. Syamsir Mukhtar (dari Depkes) dan Dr. Julius Djamil (sebelumnya staf Bagian Kedokteran Kehakiman FK-Unand). Dr. Basjiruddin melanjutkan pendidikan ke Bagian Neurologi FKUI pada Oktober 1976 dan selesai tahun 1979, Dr. Syamsir Mukhtar melanjutkan pendidikan bulan Maret 1978 dan selesai tahun 1981, serta Dr. Julius Djamil melanjutkan pendidikan bulan Juni 1978 dan menyelesaikannya pada tahun 1982. Dengan demikian Bagian Neurologi FK-Unand sudah memiliki staf pengajar sebanyak 4 orang.
Pada tanggal 6 Oktober 1984, Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-Unand membuat surat kepada Kepala Bagian Neurologi FKUI (Prof. Dr. Soemargo Sastrodiwirjo,DSS) yang menyatakan minat untuk menjajaki kemungkinan dilaksanakannya Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Ilmu Penyakit Saraf di FK-Unand. Maksud tersebut ditanggapi dengan balasan surat tertanggal 25 Oktober 1984, yang menyatakan kesediaan Ketua Bagian Neurologi FKUI bersama dengan Ketua Program Studi (KPS) yaitu Dr. Soemarmo Markam, DSS mengadakan visitasi ke Padang pada bulan November 1984. Kedatangan mereka pada tanggal 22 November 1984 sekaligus melakukan pembicaraan dengan Direktur RSUP Dr. M. Djamil (Dr. Imbalo S. Pohan, MPH) dan Dekan Fakultas Kedokteran (Dr. Havid Ardy) mengenai masalah fasilitas pendidikan. Tanggal 23 November 1984 peninjauan dilanjutkan ke Bagian Neurologi RS.Ahmad Mochtar Bukittinggi, yang juga telah lama digunakan oleh FK-Unand sebagai Rumah Sakit lahan pendidikan. Kepala bagian neurologi RS. Ahmad Mochtar waktu itu adalah Dr. Syamsir Mukhtar, DSS.
Setelah melakukan visitasi mengenai kelengkapan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, dihasilkan keputusan dari tim visitasi bahwa Bagian Neurologi FK-Unand telah dibolehkan mendidik peserta PPDS-1 untuk 4 semester pertama mulai tahun ajaran 1986, kemudian dilanjutkan 4 semester berikutnya di Bagian Neurologi FKUI, dengan syarat calon peserta PPDS-1 telah lulus ujian yang diadakan FKUI. Namun calon peserta PPDS baru ada pada tahun 1987. Maka sejak tahun 1987 dimulailah pendidikan spesialisasi penyakit syaraf di FK-Unand, dengan peserta PPDS pertama, yaitu Dr. Hadril Busudin. PPDS lainnya yang menjalani pendidikan serupa adalah :
- Dr. Roezwir (sekarang di RS. Lampung)
- Dr. Amilus Ismail (RS. Ahmad Mochtar Bukittinggi)
- Dr. Hasmi (RS. Bengkulu)
- Dr. Yus Kasim (RS. Koja)
- Dr. Ridwan (RS. Pasar Rebo)
- Dr. Yuliarni Syafrita
- Dr. Yetti Ramli (Staf FKUI/RSCM Jakarta)
- Dr. Yulson (RS. Solok)
- Dr. Syarif Indra
Pada tahun ajaran Januari 2000 pengiriman peserta PPDS ke FKUI terhenti, dengan diberlakukannya kebijakan baru yaitu perubahan kurikulum PPDS, dengan diterapkannya program “Double Degree” sejak awal pendidikan. Mulai saat itu tak ada lagi penerimaan peserta PPDS (residen) di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-Unand / RSUP Dr. M. Djamil. Namun, pada tahun 2005 dimulai era baru program pendidikan PPDS di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-Unand, dengan dibukanya program PPDS Ilmu Penyakit Saraf mandiri, yang sampai sekarang jumlah pesertanya mencapai 17 orang.
Penambahan jumlah staf pengajar mulai dipikirkan setelah musibah yang menimpa Bagian neurologi FK – Unand, yaitu meninggalnya Dr. Syamsir Mukhtar, DSS (Agustus 1988) yang disusul oleh Dr. H. Nasrul Idris, DSS (Agustus 1989), sehingga staf yang ada hanya 2 orang. Selaku Kepala Bagian, Dr. Basjiruddin, DSS melakukan negosiasi dengan Kepala Bagian Neurologi FKUI (Prof. Dr. Soemarmo Markam, DSS) untuk kemungkinan menambah staf, dan beliau menjanjikan akan menambah seorang staf dalam waktu dekat. Pertengahan tahun 1990, Depkes RI menempatkan Dr. Hardy AR, DSS di Bagian Neurologi RS. Ahmad Mochtar Bukittinggi menggantikan Dr. Syamsir Mukhtar, DSS. Pada tahun 1993 diterima 3 orang staf lagi, yaitu Dr. Darwin Amir, Sp.S (Januari 1993), Dr. Hadril Busudin, Sp.S (Maret 1993) dan Dr. Meiti Frida, Sp.S (September 1993) untuk ditempatkan di RS DR. M. Djamil. Dan pada Agustus 1996 diterima Dr. Siti Hanafiah, Sp.S di RS DR. M. Djamil. Untuk periode berikutnya berturut-turut diterima Dr. Amilus Ismail, Sp.S (tahun 1998, di RS. Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi), Dr. Yuliarni Syafrita, Sp.S (tahun 1999, di RS. Dr. M. Djamil), Dr. Yulson, Sp.S (tahun 2002, di RSUD Solok), dan Dr. Syarif Indra, Sp.S (tahun 2002, di RS. Dr. M. Djamil)
Dengan demikian, setelah mendapat tenaga tambahan maka proses pendidikan dapat berjalan dengan lebih baik, dimana beban pengajaran yang dipikul oleh dokter spesialis penyakit saraf yang berada di Sumatera Barat sudah terdistribusi secara optimal, khususnya yang berdomisili di Kota Padang. Selain mendidik di FK Unand, beberapa staf juga diperbantukan untuk asuhan mata pelajaran neurologi di FK-Swasta dan beberapa buah Akademi Keperawatan (negeri dan swasta).
< Sebelumnya | Berikutnya > |
---|